OTAK cerdas tidak datang dengan sendirinya. Makanan yang kita pilih berpengaruh terhadap perkembangan otak kita atau anak-anak tercinta kita. Otak, sebagai bagian dari tubuh kita juga perlu makanan. Ikan, diyakini sebagai salah satu makanan yang bagus untuk otak. Telah diakui bahwa ikan merupakan salah satu hewan yang memiliki kandungan protein dan asam lemak omega-3 yang sangat tinggi dan sangat bermanfaat bagi tubuh manusia. Omega-3 ini, banyak ditemukan pada ikan berminyak seperti salmon, mackarel dan ikan tuna. Omega-3 ini sangat penting dalam perkembangan otak awal. Selain itu, lemak sehat ini juga bagus untuk mempertahankan fungsi otak agar tetap sehat sepanjang hidup.
Berdasarkan temuan yang dipublikasikan dalam Journal of Epidemiology, anak-anak usia pra-sekolah yang ibu mereka secara rutin mengonsumsi ikan rendah-merkuri selama kehamilan diduga memiliki otak lebih cerdas dibandingkan dengan teman sebaya mereka. Beberapa peneliti mendapati bahwa di antara 341 anak berusia tiga tahun, mereka yang ibunya mengonsumsi lebih dari dua porsi ikan per pekan selama hamil biasanya lebih baik dalam pemeriksaan verbal, visual, dan perkembangan gerak. Tapi, mereka menggaris-bawahi perlunya memilih ikan rendah merkuri selama hamil. Ikan berlemak lebih mungkin untuk tercemar merkuri, zat logam yang menjadi racun bagi sel-sel otak, terutama pada janin dan anak kecil.
Oleh karena itu, perempuan hamil disarankan menghindari ikan tertentu sama sekali, misalnya ikan hiu, todak, king mackerel, dan tilefish. Semua ikan itu memiliki kadar merkuri yang sangat tinggi karena mereka memakan ikan lain dan berumur panjang. Dari waktu ke waktu mereka menumpuk merkuri di dalam jaringan lemak mereka. Ikan yang memiliki omega-3 tinggi tapi merkuri yang relatif rendah adalah ikan tuna kalengan dan ikan lebih kecil yang berlemak seperti salmon. Ikan daging putih seperti cod dan haddock cenderung memiliki merkuri lebih rendah tapi memiliki lebih sedikit omega-3 dibandingkan dengan ikan yang lebih berlemak.
Para pejabat kesehatan di AS juga menyarankan perempuan hamil memakan lebih dari 12 ons ikan per pekan. Untuk studi ini, tim peneliti mengumpulkan contoh darah dari 341 perempuan selama tiga semester kedua dan menanyakan seberapa sering mereka memakan beragam makanan, termasuk ikan. Ketika anak mereka berusia tiga tahun, mereka menjalani tes kosa kata standar, kemampuan visual, dan koordinasi gerak tangan serta jari. Secara keseluruhan, para peneliti tersebut mendapati anak-anak yang ibu mereka mengonsumsi ikan lebih dari dua kali per pekan memiliki angka tes yang lebih tinggi dibandingkan teman sebayanya yang lain. Selain itu, orangtua yang telah mengkonsumsi ikan dalam waktu lama mempunyai risiko yang lebih rendah mengalami penurunan fungsi kognitif.
Disamping itu berdasarkan sebuah studi yang dilakukan di Swedia, menemukan bahwa remaja laki-laki yang mengkonsumsi ikan secara teratur mengalami perkembangan otak yang lebih baik. Para peneliti mensurvei 5000 remaja laki-laki yang berusia 15 tahun. Penelitian menunjukkan, mereka yang mengkonsumsi ikan lebih dari sekali per minggu cenderung memiliki skor yang lebih tinggi dalam tes intelegensi yang dilakukan 3 tahun kemudian. Penemuan ini dipublikasikan di jurnal Acta Pediatrica.
Studi terbaru ini, terang pemimpin studi Dr. Maria Aberg dari Goteborg University, merupakan studi besar pertama yang melihat dampak ikan terhadap kemampuan intelegensi remaja.”Ini sangat penting, karena masa remaja merupakan masa kritis untuk menentukan kelenturan otak,” terang Aberg.
Kelenturan otak, lanjut dia, sangat menentukan tingkat intelegensi dan tingkah laku emosional serta sosial anak kemudian. Kelenturan otak, terang dia, berkaitan dengan kemampuan otak untuk mengorganisir hubungan antara sel-sel dalam merespon pengalaman normal seperti kemampuan belajar atau untuk melukai.
Penemuan ini didasarkan pada data yang dikumpulkan dari 4792 remaka laki-laki. Mereka diminta melengkapi kuesioner. Kuesioner ini meminta detail mengenai diet dan gaya hidup saat mereka berusia 15 tahun. Kemudian, mereka diminta melakukan tes inteligensi standar ketika mereka berusia 18 tahun.
Tim Aberg menemukan, rata-rata partisipan yang makan ikan lebih dari sekali per minggu mempunyai skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang makan ikan kurang dari sekali per minggunya. Saat peneliti memeriksa faktor terkait lainnya seperti tingkat pendidikan orangtua dan status soial ekonomi keluarga, hasilnya tetap sama.
“Penemuan ini sangat signifikan,” terang Aberg,”karena studi dilakukan diantara umur 15 dan 18 tahun, usia dimana penghargaan dari dunia pendidikan sangat menentukan kehidupan laki-laki muda ini selanjutnya.”
Referensi : carahidup.um.ac.id